Blog yang berisi ulasan dari sebuah nopel
sekarang ada info* lomba menulis juga loh!!

Sabtu, 14 Agustus 2010

Piano di Kotak Kaca


Piano di Kotak Kaca
Agnes Jessica, 2007

Wajah Sheila berubah murung. “Bapak mau bilang karena saya anak pembunuh, kan? Saya punya sifat kejam dalam diri saya, makanya berkali-kali saya mendapat masalah.”
“Kamu banyak memiliki sifat istimewa. Kamu perhatian pada orang lain, kamu ingin sekali terlibat secara emosional dengan manusia lain. Singkatnya, kamu sensitive dan peduli terhadap orang lain. Tapi orang-orang dengan sifat seperti ini punya kelemahan.”. “Apa kelemahannya?”
“Jika orang lain kurang peduli terhadapnya, ia akan membenci orang itu.”

Sebuah miniatur piano menjadi kenangan terakhir Sheila akan ibunya. Ibunya meninggal karena dibunuh ayahnya sendiri dan sang ayah dipenjara. Tinggal Sheila sebatangkara, tanpa kasih saying orang tua di usianya yang masih belia.

Uluran tangan dari saudara angkat ayahnya ternyata membawa kepahitan lain. Sheila dijadikan pembantu ditempat tinggalnya yang baru dan berulangkali dianiyaya secara mental. Sikap keras gadis itu sering dikaitkan dengan latar belakangnya yang berayah pembunuh. Sheila merasa takut akan emosinya yang mudah sekali meledak sehingga menyerang orang-orang yang melukai harga dirinya. Satu-satunya orang yang mengulurkan tangan tulus padanya hanyalah Bram, pria timpang yang memendam banyak kepahitan akibat kondisi fisiknya. Bisakah ikatan yang terjalin diantara mereka mengembalikan jiwa Sheila yang terlika dan merindukan ibunya.

My Opinion:
Hmmm…
Novel yang sangat mengharukan menurutQ. Ceritanya seruuu banget..!! beneran deE prend,.!!. bayangkan saja kamu mencintai seorang yang umurnya berpaut 20 tahun? Hmmm… rasanya seperti mencintai ayah sendiri. yaA nggak? Sheila yang harus melalui pahitnya hidup karena selalu dijuluki anak pembunuh dan harus menerima kenyataan bahwa ia harus ditinggal ibunya dan ayahnya yang dipenjara karena telah membunuh ibunya. Bahkan keluraga Omnya yang memperakukan dia semena-mena, sungguh membuat sakit hatinya bertambah. Apalagi cintanya kepada Bram harus terpisah karena memang umur dan keadaan yang menjadi halangan. Namun cinta keduanya dipertemukan lagi dan kebahagiaanlah yang mereka dapatkan.

Hmm…yach, ketabahan memang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Tapi berkat kesabaran, ketabahan dan cinta yang benar2 tulus kebahagiaan pasti akan dating sebagai hasil usaha yang kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar